Setahun yang lalu saya bertemu dengan seorang teman, seorang pebisnis juga. Bisnisnya bergerak dibidang consumer goods, skala rumahan ya. Menariknya, ternyata masih banyak pebisnis yang keuangan pribadinya masih bercampur dengan keuangan perusahaan. Apa itu salah? Tidak juga.
Tapi kalau kita ingin menjadikan sebuah perusahaan yang besar, tentunya kita harus bisa memisahkan uang perusahaan dan pribadi, karena perusahaan juga membutuhkan dana untuk bertumbuh. Salah satu cara memisahkan uang perusahaan dengan uang pribadi adalah dengan menggaji diri sendiri.
“Lho usaha saya sendiri, masak harus punya gaji?”
Seperti yang saya bilang tadi, bebas-bebas saja. Tetapi untuk memudahkan mana yang hak kita, dan mana yang haknya perusahaan, baiknya dipisah melalui gaji. Bagaimana caranya menentukan gaji seorang pemilik bisnis?
Menentukan gaji karyawan kan mudah, disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Tapi gimana caranya menentukan gaji pemilik usaha?
Begini cara sederhananya. Kalau misalnya Anda seorang pemilik bisnis, Anda bisa mendata terlebih dahulu, kira-kira berapa kebutuhan Anda setiap bulannya. Misal, berapa untuk belanja istri, berapa untuk menabung, berapa untuk sekolah anak, berapa untuk cicilan rumah, berapa uang untuk beli-beli, berapa dana untuk investasi, dan lain sebagainya. Nah, ketika sudah didata, apa saja yang menjadi kebutuhan Anda, dan sudah diestimasi berapa besarannya, baru dipotongkan dari laba usaha Anda.
Oh iya, untuk masalah laba ini juga menarik ya. Uang yang ada di kas Anda, belum tentu adalah laba. Bisa jadi DP dari vendor sehingga jadi piutang usaha dan belom menjadi laba. Hal ini banyak terjadi diteman-teman saya yang memiliki usaha properti. Nggak hanya dibidang properti aja sih, tapi biasanya usaha properti ini kalau ada orang DP rumah, misal 60 juta dan dalam satu bulan laku 5 rumah, ada kas 300 juta sebagai DP.
Nah bagi orang yang belum biasa pegang uang besar dalam rekeningnya, biasanya gatel. Pasti ada aja yang ingin dibeli dan tiba-tiba beli mobil pake uang tersebut. Pas mau dibangun rumahnya, uangnya udah gak ada.
Saya personal biasanya membagi rekening saya minimal jadi tiga rekening. Jadi, ada rekening untuk usaha, rekening untuk gaji, dan rekening yang digunakan untuk uang tabungan ataupun rekening untuk investasi.
Jadi, kalau saatnya karyawan Anda gajian, baiknya Anda juga menggaji diri Anda sendiri dulu. Untuk menentukan gaji itu gak perlu langsung tinggi, kalau itu memberatkan perusahaan Anda. Misal, perusahaan untungnya baru 10 juta, gaji 2 orang pegawai 4 juta, gaji Anda pribadi 5 juta. Berarti untung perusahaan hanya 1 juta rupiah sebulan.
Jadi, kembali lagi kecerita teman saya. Karena teman ini tadi tidak memasukkan beban gaji kedalam pembukuannya, jadi dia ngerasa labanya gede banget. Namun pas dihitung diakhir bulan, ternyata uangnya gak ada. Bingung. Ya mesti aja bingung, narik kasnya juga urakan kok, nggak tercatat dengan baik.
Daripada repot-repot mencatat, saran saya kepada teman tadi, lebih baik gaji diri sendiri saja. Pada awal bulan, gaji diri sendiri dulu. Tentu termasuk gaji karyawan ya, jangan sampai diundur-undur.
Kalau gaji sudah habis, ya sudah, jangan tergoda untuk mengambil kas dari usaha. Belajar disiplin. Kalau kepepet, bisa aja kasbon sama kantor, tapi ya jangan sering-sering. Kuatir nyandu untuk kasbon.
Oh iya, jika kita masih ngantor dirumah sendiri, baiknya juga tetap dimasukkan beban sewa. Jadi perusahaan menyewa ruangan dirumah kita. Biasakan membayar sewa, meski uangnya masuk kerekening sendiri ya, dan nanti jika usahanya sudah lebih besar dan perlu pindah, sudah ada pos nya untuk sewa kantor, jadinya gak terlalu kaget dan sudah terbiasa.
Yang bikin kaget jika ada laba ditahan sebulan 10 juta, ternyata uangnya masih kepakai sama pribadi 5 juta, jadi untungnya 5 juta. Kelihatannya punya laba besar. Tapi, pas pindah dari rumahnya ke kantor lain yang lebih besar, ada beban sewa disitu, dan sewanya 60 juta setahun. Ya habis aja gak ada laba ditahannya.
Jadi, sesuatu yang terlihat besar itu belum tentu benar-benar besar. Jika mau menilai bagimana perusahaan berjalan, paling mudah dengan melihat laporan keuangannya. Saya belum lihat laporan keuangan teman tadi, mungkin lain waktu aja kalau dia bener-bener ingin dibantu untuk bertumbuh usahanya.
Menyusun laporan keuangan itu gampang. Yang sulit itu konsisten mengisi dan melaporkan pembukuan perusahaan. Kalau Anda masih bingung bagaimana membuat laporan keuangan, Anda bisa gandeng Bantubisnismu sebagai mitra keuanganmu
Jika Anda memiliki masalah dalam bisnis Anda, atau memiliki pertanyan seputar bisnis dan ingin berdiskusi lebih lanjut hubungi kami:
WA – 08123129873 atau email – bantubisnismu@gmail.com
Ingin mendengarkan cerita bisnis menarik lainnya? Kunjungi Podcast Cerita Bisnis di spotify dan Youtube Bantubisnismu