Seperti yang kita ketahui saat ini kita sedang berada dalam keadaan ekonomi yang tidak mudah. Pandemi membuat ekonomi kita terpengaruh dan banyak orang yang tadinya kerja di kantor, sekarang di rumahkan. Gajinya tadinya X rupiah, harus dipotong menjadi setengah. Mungkin Anda pernah mendengar cerita pada saat awal pandemi, ada seorang karyawan dengan gaji 20 juta rupiah, dirumahkan. Tidak dipecat, tapi gajinya dipotong setengah.
Karyawan ini minta agar termasuk warga yang mendapatkan bantuan oleh pemerintah. Banyak orang yang mengomentari cerita ini. Komentarnya pun bermacam. Hampir semuanya membully si karyawan ini. Kenapa yang gajinya masih 10 juta rupiah, masih merasa kurang dan butuh uluran tangan pemerintah. 10 juta kan masih besar, banyak orang yang pendapatannya jauh dibawahnya yang lebih pantas menerima uluran tangan.
Tapi kita tidak bisa langsung menilai dan menghakimi terlalu cepat. Coba kita tempatkan diri kita diposisi orang tersebut. Kira-kira apa yang menyebabkan dia harus minta uluran tangan.
Ada beberapa poin yang mungkin dialami oleh orang tersebut. Mungkin orang tersebut memiliki banyak tanggungan dan cicilan. Seperti rumah belum lunas, mobil masih kredit, bayar listrik air, telepon dan internet. Jadi, bagaimana kalau kita yang berada diposisi orang tadi? Punya hutang segunung, dan biaya untuk hidup layak sangat kurang?
Pertama kita harus sadar dulu dan harus punya niat bahwa yang namanya hutang, harus dibayar atau harus diselesaikan. Punya hutang itu jangan lari, datangi orang yang kita hutangi dan komunikasikan dengan baik. Orang-orang yang didatangi oleh debt kolektor adalah orang yang tidak kooperatif. Orang yang menghilang dan tidak punya itikad baik untuk membayar hutang.
Hutang itu membuat orang jadi gelap mata dan kalut. Orang yang kalut tidak akan bisa berpikir jernih. Oleh karena itu yang perlu Anda lakukan adalah tetap tenang. Sikap panik berlebihan tidak akan membuat masalah jadi hilang.
Karena hutang itu harus dibayar, berikutnya, tabulasi dulu berapa besarnya hutang yang Anda miliki dan kepada siapa saja Anda berhutang. Pilah mana hutang yang kira-kira bisa lunak dan mana saja yang harus segera dilunasi. Hutang yang harus dilunasi ini bisa jadi hutang perseorangan, bukan hutang kepada lembaga. Datangi orang yang Anda hutangi baik-baik dan jelaskan kondisi ekonomi Anda. Jelaskan bahwa Anda amat sangat ingin melunasi hutang namun Anda butuh waktu lebih lama.
Jika orang yang Anda hutangi itu marah dan kecewa, ya terima saja, kan memang Anda yang salah, tidak perlu ikutan emosi. Seringkali orang yang punya hutang lebih galak daripada orang yang menghutangi dan itu buruk sekali.
Dari beberapa beban hutang Anda, tandai mana hutang yang paling mengganggu. Maksudnya yang orangnya selalu menanyakan kepada Anda kapan uangnya dikembalikan dan paling galak. Daripada makin berlarut-larut, dahulukan pelunasan kepada mereka.
Bagaimana kalau Anda tidak punya uang untuk langsung melunasi?
Bisa dicicil. Kalau hanya bisa sedikit, sampaikan saja bahwa saat ini Anda hanya bisa mencicil sedikit. Anda juga perlu mentabulasi aset Anda. Kalau Anda punya rumah, tanah, mobil, jual aset Anda. Tentu yang dijual adalah aset nonproduktif. Jangan ragu untuk menjual aset. Tidak perlu malu juga. Malulah ketika tidak bisa membayar hutang, bukan malu karena menjual aset.
Justru disitu menunjukkan sikap tanggung jawab Anda. Integritas Anda. Apalagi jika Anda misalnya kredit rumah, dan tidak bisa membayar cicilannya, Anda harus siap kehilangan rumah tersebut. Karena rumah tadi adalah jaminan jika Anda tidak bisa membayar hutang Anda. Anda pastinya sudah tahu hal tersebut dari awal, kan? Jadi kenapa mesti bingung ketika rumah Anda harus dijual untuk menutupi hutang Anda?
Demikian juga dengan mobil atau kendaraan lainnya. Kenapa juga gengsi mempertahankan harga diri. Kalau nanti rumah dijual, malu sama tetangga, malu sama keluarga. Malu itu manusiawi. Makanya tadi, saya bilang diawal, Anda harus tenang. Ketika Anda tenang, Anda akan mampu berpikir jernih sehingga, semua keputusan yang akan Anda diambil adaalah dari buah pikir yang matang. Anda sudah bisa mengkalkulasi apa yang terbaik dan apa yang terburuk untuk Anda, dan bagaimana Anda harus menyikapinya.