Pict by Freepik

Kenapa banyak pebisnis yang merasa sulit mencari investor, padahal orang yang punya uang nganggur itu banyak. Saya sering mendengar keluhan teman-teman yang pengusaha mengenai kendala yang mereka hadapi. Masalah mereka biasanya seputar pemasaran dan dana. Mereka merasa tidak punya dana yang cukup untuk mengembangkan bisnis mereka.

Salah satu teman saya memiliki usaha katering berbasis open PO (Pre-Order). Jadi dia memiliki jadwal masak menu apa untuk hari apa, jadwalnya dipost di media sosial, sehingga orang yang berminat dengan menu masakannya, dapat pesan untuk hari yang ditentukan. Teman ini bercerita tentang kebingungannya. Dia mendapatkan penghasilan yang lebih besar tapi dia merasa lelah kalau jualan open PO seperti ini terus.

Saya mengatakan, jika open PO membuat lelah, kenapa dilanjut? dan cari bisnis lainnya saja atau jangan jualan kecil-kecil, langsung jualan ke tempat yang sudah punya pasar contohnya buka warung dikantin sekolah, kantin kampus atau jualan katering langsung kepada instansi yang punya karyawan banyak, seperti pabrik, rumah sakit, dll. Mereka biasanya memiliki karyawan puluhan hingga ratusan, bahkan mungkin ribuan dan mereka butuh makan setiap hari.

Kemudian temen ini menjawab, kalau punya uang bisa langsung garap ratusan pesanan. Modal yang dimiliki temasn saya ini terbatas. Uang dari mana untuk beli bahan baku untuk katering harian dalam jumlah besar?

Nah, mungkin Anda pernah merasakan permasalahan semacam ini? Mau membesarkan usaha, tapi terkendala modal. Cara berpikirnya sebetulnya perlu diubah. Tidak perlu modal untuk membesarkan usaha tapi modal akan datang kalau usaha kita sudah on the track untuk membesar.

Saya memberikan saran kepada teman tadi untuk mencoba menawaran ke pabrik, ke rumah sakit atau tempat lainnya yang sudah punya pasar cukup banyak (captive market). Ketika sudah mendapat kontrak dari mereka dan nilai marginnya ada, langkah selanjutnya adalah mencari investor. Saya rasa kalau nilai marginnya cukup menarik dan sudah ada kontrak yang mengikat yang menandakan bahwa barang akan diserap pasar mereka tiap harinya, calon investor akan lebih tertarik untuk menanamkan uangnya.

Kita sebagai seorang pebisnis juga perlu menyesuaikan cara berpikir kita dengan investor, karena nantinya, seorang pebisnis akan masuk ketahap menjadi investor. Jadi ada baiknya latihan berpikir sebagai investor sedini mungkin. Investor pasti ingin untung sebesar-besarnya dengan modal sekecil kecilnya dengan waktu secepat-cepatnya dan pastinya tidak mau rugi. Sedang pebisnis, inginnya juga sama. Tidak mau modal, menggunakan modal orang lain, untung sebesar-besarnya, berbagi sedikit dengan investor karena merasa bahwa mereka yang kerja, dan tidak mau menanggung kerugian.

Jika berpikir seperti ini harus ditemukan titik temunya dimana semua pihak antara investor dan pebisnis sama-sama win. Bagaimana caranya? Kondisi idealnya adalah dimana semua pihak dapat bagi hasil yang sama-sama menarik, bisnis harus aman dan jika ada kerugian harus ditanggung bersama.

Menjadi pebisnis tidak boleh terlalu oportunis ingin selalu menang. Hubungan kerjasama yang ingin menang sendiri tidak akan berakhir bagus. Pebisnis oportunis inilah yang mencetak image jelek dimata masyarakat umum, sehingga kebanyakan orang tidak mau menginvestasikan dana mereka kedalam bisnis Anda. Mereka menganggap semua pebisnis sama saja, ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari investor, namun ketika sudah cukup bisa diputus begitu saja dan mencari investor lain. Jika mengalami kerugian, kita rugi waktu, investor rugi dana.

Jika ada orang mau menawarkan kerjasama kepada saya, sebagus apapun penawarannya saya selalu bertanya “modal Anda berapa dibisnis ini?”

Jika dia mengatakan tidak ada modal, saya akan bertanya kembali “kenapa tidak menggunakan uang orang tuamu?”

Jika dia mengatakan orang tuanya tidak punya uang, saya bertanya lagi, “tapi orang tuamu punya rumah, kan? Kalau iya, kenapa rumahnya tidak digadaikan saja ke bank. Sekarang rumah kecil tipe 36 di Malang harga sudah 300 jutaan. Anggaplah bank bisa memberikan pinjaman 50%nya saja, maka kamu sudah punya modal 150 juta”

Kalau mereka jawab, tapi kalau bisnisnya gagal maka orang tua saya akan kehilangan rumahnya. Nah dari sini saya bisa menilai bahwa mereka yang menawarkan proyek tadi sangat oportunis tidak mau rugi. Mereka tidak siap kehilangan rumah orang tuanya, tapi mengharapkan saya siap kehilangan uang saya. Sebenarnya tidak sulit mencari investor. Persiapkan bisnis Anda untuk menjadi besar, maka investor akan datang. Jika investor masih enggan melirik kebisnis Anda, berarti bisa jadi bisnis Anda tidak siap besar atau anda oportunis.

Jika Anda sedang mencari investor untuk bisnis Anda, atau memiliki pertanyaan seputar bisnis dan ingin berdiskusi lebih lanjut hubungi kami:
WA – 08123129873 atau email – bantubisnismu@gmail.com

Ingin mendengarkan cerita bisnis menarik lainnya? Kunjungi Podcast Cerita Bisnis di spotify dan Youtube Bantubisnismu

Leave a Reply