Setahun yang lalu saya ketemu dengan seorang teman. Pebisnis yang bergerak dibidang consumer goods skala rumahan. Hal yang menarik disini adalah, dia sangat susah diajak untuk bertemu. Contohnya, agak sulit ketika akan janjian kapan atau dimana. Alasan yang diberikan pun umum, yaitu sibuk mencari sesuap berlian. Terkadang saya juga bingung. Ketika orang ingin menjadi pengusaha, tentunya agar bisa mempunyai lebih banyak waktu senggang. Oleh karena itu dibutuhkan tim untuk mengoperasikan perusahaannya dan pendelegasian harus bisa berjalan. Untuk tahun pertama atau tahun kedua, sangat wajar jika untuk operasional masih dihandle full oleh owner. Namun seiring dengan berjalannya waktu, idealnya pendelegasian itu sudah berjalan.
Kembali ke cerita teman saya. Dalam cerita yang kesana kemari antara saya dan teman tadi, ada satu bahasan yang cukup menarik. Ternyata masih banyak pebisnis yang keuangan pribadinya masih bercampur dengan keuangan perusahaan. Apakah hal tersebut salah? tidak juga. Tapi kalau kita ingin menjadi sebuah perusahaan yang besar, tentunya kita harus bisa memisahkan uang perusahaan dan pribadi. Karena perusahaan juga membutuhkan dana untuk bertumbuh. Salah satu cara untuk memisahkan uang perusahaan dengan uang pribadi adalah dengan menggaji diri sendiri. Akan dicampur atau tidaknya keuangan sebenarnya bebas-bebas saja. Namun, untuk memudahkan mana yang hak kita dan mana yang hak perusahaan sebaiknya dipisah melalui gaji.
Bagaimana caranya menentukan gaji seorang pemilik bisnis? cara sederhananya adalah jika anda seorang pemilik bisnis, anda bisa mendata dulu kira kira berapa kebutuhan anda setiap bulannya. Contohnya; untuk belanja istri, menabung, sekolah anak, cicilan rumah, dana untuk investasi, dan lain sebagainya. Ketika sudah didata apa saja yang menjadi kebutuhan anda dan sudah diestimasi berapa besarannya, baru dipotongkan dari laba usaha anda.
Lalu, masalah laba ini juga menarik untuk dibahas. Uang yang ada dalam kas anda, belum tentu adalah sebuah laba. Bisa jadi DP dari vendor sehingga jadi piutang usaha. Hal ini banyak terjadi di teman teman saya pengusaha properti. Tidak hanya di bidang properti saja. Namun, biasanya di properti ini jika ada orang yang menaruh DP rumah sebesar 60 juta dan dalam satu bulan laku 5 rumah, maka ada kas 300 juta sebagai DP. Nah, bagi orang yang belum biasa pegang uang besar dalam rekeningnya, biasanya selalu ada hal-hal yang ingin dibeli. Kadangkala orang tiba tiba beli mobil pake uang tersebut, lalu ketika mau bangun rumah, uangnya sudah habis, tidak ada.
Saya, secara personal biasanya membagi rekening minimal jadi tiga rekening. Ada rekening untuk usaha, rekening untuk gaji, dan rekening yang digunakan untuk uang tabungan ataupun rekening untuk investasi. Jadi kalau saatnya karyawan anda gajian, baiknya anda juga menggaji diri anda sendiri dulu. Dan menentukan gaji itu tidak perlu langsung tinggi, kalau itu memberatkan perusahaan anda. Satu contoh semisal, perusahaan anda baru mempunyai untung 10 juta, gaji 2 orang pegawai 4 juta dan gaji anda pribadi 5 juta rupiah, itu berarti untung perusahaan hanya 1 juta rupiah sebulan. Bagaimana perusahaan bisa cepat berkembang apabila laba ditahannya saja hanya 12 juta setahun. Memang tidak mudah rasanya ketika ada uang di rekening kita. Karena godaan keinginan itu besar sekali. Maka dari itu untuk laba usaha, selalu saya pisahkan dan atm serta electronic key nya saya tinggal di rumah.
Kembali lagi ke cerita teman saya. Karena teman ini tadi tidak memasukkan beban gaji ke dalam pembukuannya, jadi dia merasa laba yang dihasilkan besar. Namun saat dihitung pada akhir bulan, uangnya sudah tidak ada. Jelas bingung karena saat menarik uang pun tidak tercatat. Daripada repot repot mencatat saran saya kepada teman tadi, gaji diri sendiri saja. Pada awal bulan, gaji diri sendiri dulu. Tentu termasuk gaji karyawan jangan sampai diundur. Kalau gaji sudah habis, jangan tergoda untuk mengambil kas dari usaha. Belajar disiplin. Kalau benar-benar mepet, bisa saja kasbon ke kantor. Akan tetapi jangan sering sering. Khawatir kecanduan untuk kasbon.
Jika kita masih ngantor di rumah sendiri, baiknya juga tetap dimasukkan beban sewa. Jadi perusahaan menyewa ruangan di rumah kita. Biasakan membayar sewa meski uangnya masuk ke rekening sendiri. Dan nanti jika usahanya sudah lebih besar dan perlu pindah, sudah ada pos nya untuk sewa kantor. Jadinya tidak terlalu kaget. Yang bikin kaget yaitu kalau ada laba ditahan sebulan 10 juta namun ternyata masih terpakai sama pribadi 5 juta, jadi untung 5 juta terlihat besar. Saat pindah dari rumahnya ke kantor lain yang lebih besar, ada beban sewa disitu dan sewanya 60 juta setahun. Bisa jadi habis dan tidak ada laba ditahannya.
Jadi sesuatu yang terlihat besar itu belum tentu benar benar besar. Kalau mau menilai bagaimana perusahaan ini berjalan, cara paling mudah adalah dengan melihat laporan keuangannya. Saya belum melihat laporan keuangan teman tadi, mungkin lain waktu jika dia ingin dibantu untuk bertumbuh usahanya
Jika Anda memiliki masalah dalam bisnis Anda, atau memiliki pertanyan seputar bisnis dan ingin berdiskusi lebih lanjut hubungi kami:
WA – 082299988983 atau email – bantubisnismu@gmail.com