Pic From Freepik

Saya ini, menurut orang terdekat saya seperti istri saya, ibu saya, dan adik saya, adalah orang yang cuek dan tidak suka memperhatikan hal sekitar. Padahal menurut saya, nggak juga. Saya hanya memperhatikan hal yang menarik perhatian saya saja, dan saya tidak begitu memikirkan hal-hal yang sekiranya tidak terlalu penting. Seperti halnya ketika saya berjalan kemanapun, jika ada hal yang menarik, saya suka penasaran. Misalnya saya masuk ke sebuah toko, saya suka memperhatikan apa saja yang dilakukan oleh pemilik toko atau minimal petugas toko dalam melayani pelanggan. 

Saya suka menghitung-hitung, kira-kira berapa penjualan toko ini, berapa gaji karyawannya, berapa keuntungannya setiap bulan. Atau misalnya ketika saya beli nasi goreng di sebuah warung, saya memperhatikan berapa orang yang datang dalam satu waktu tertentu, ada berapa meja disitu, berapa harga nasi gorengnya, dan berapa kira-kira keuntungannya per porsi. Karena sudah terbiasa memperhatikan hal-hal seperti itu, jadi saya terbiasa menaksir berapa nilai dari sebuah usaha, usaha kecil tentunya ya, kalau usaha besar tentunya harus punya data penunjang yang lebih lengkap.

Oleh karena itu, kalau ada orang datang kepada kami di Bantubisnismu.com dan berkonsultasi tentang bisnisnya, biasanya kami tidak langsung menerima orang yang datang kepada kami untuk serta merta menjadi klien. Kami ajak diskusi dulu mengenai hal-hal umum dalam bisnis mereka. Salah satu permasalahan yang sering jadi topik curhat para pelaku bisnis adalah; gimana caranya bisnis saya bisa besar. Mereka sudah lama menjalankan bisnis mereka, bertahun-tahun, bahkan ada yang setia dengan bisnisnya sampai belasan tahun, padahal bisnis tersebut belum bisa membuat mereka cukup kaya, menurut versi mereka.

Contoh gini, ada seorang teman fotografer, senior, sudah terjun di dunia fotografi sejak kamera masih disebut dengan sebutan tustel, lama banget kan? Nah sudah lebih dari belasan tahun teman ini berprofesi sebagai fotografer, tapi dia masih saja mengeluh tentang banyaknya pesaing yang hadir, dengan semakin murahnya kamera sehingga banyak orang yang bisa ngaku jadi fotografer, banyak klien yang minta harga murah. Lalu saya tanya, kalau dia merasa bisnisnya ini sudah jenuh dan berdarah-darah, kenapa dia gak buat bisnis baru saja. 

Bisnis kuliner misalnya. Terus dia bilang, ya mau gimana lagi, saya bisanya cuman motret doang. Mungkin teman-teman pernah berada di posisi seperti ini? Merasa menjalankan sebuah usaha rumah makan karena hanya bisa masak, buka bisnis lembaga bimbel karena hanya bisa mengajar, membuka jasa pelatihan dan training karena hanya bisa menjadi motivator dan trainer. Harusnya gini ya, ketika anda memutuskan untuk terjun di sebuah bisnis, pastikan anda bisa menjadi ahli di bidang tersebut, sehingga semakin tinggi jam terbang anda, intuisi bisnis anda sudah terasah dengan baik. 

Namun gak mesti juga orang yang sudah lama menekuni suatu hal, bisa jadi ahli di bidang tersebut, karena kalau gak ahli di bidang tersebut, maka ngapain juga anda lama menjalani bisnis yang sama. Seperti contoh fotografer tadi. Kalau sudah belasan tahun menjadi fotografer, tapi juga belum menjadi ahli dalam bidang foto memfoto, maka selama ini dia ngapain aja?

Lalu ada pertanyaan gini; berarti untuk membuka bisnis harus jadi ahli dulu, gitu? Ya nggak juga. Buka bisnis awalnya justru gak perlu terlalu ahli dulu, karena sering orang yang tadinya mau berbisnis malah jadi penghobi.

Kayak gini contohnya; ada orang yang suka masak, merasa masakannya enak, lalu membuka warung. Masakannya sih enak, tapi kenapa kok pengunjungnya hanya ramai di awal, namun berangsur berkurang? Ternyata setelah ditelisik, si orang ini, hanya fokus di dapur, memasak dan menyiapkan makanan. Dia lupa melihat tanggapan pengunjung, melihat meja pelanggan apa langsung diberesin apa belum ketika pengunjungnya sudah pergi, apakah pengunjung disambut dengan baik, dan lainnya lah. Mereka merasa karena hanya bisa masak, jadi mereka lebih baik fokus di dapur. Hal ini gak salah juga. Boleh boleh saja. 

Cuman ya kalau hasilnya tidak memuaskan ya gak boleh baper. Jadi seorang pebisnis itu beda dengan menjadi seorang pro. Seorang pebisnis itu harus mengerti banyak hal, meski tidak perlu terlalu dalam. Kalau seorang pro itu, paham secara mendalam, sedangkan kalau menjadi pebisnis itu harus paham secara luas, dan dalam, idealnya. Tapi kalau belum bisa secara mendalam gpp, nanti semakin lama juga akan semakin paham. 

Kalau dalam bisnis rumah makan tadi misalnya, seorang cook pro, ya dia harus tahu bagaimana caranya menghasilkan makanan yang lezat dan bisa memuaskan konsumen mereka. Namun seorang pebisnis rumah makan, gak boleh hanya bisa mengetahui makanannya enak apa tidak, tapi juga harus bisa mengatur tim kerja, bagaimana caranya berpromosi, bagaimana caranya branding, bagaimana caranya mengatur keuangan, dan lain-lainnya.

Dan kalau mau berbisnis, menurut saya, janganlah terlalu idealis. Idealisme boleh dipegang teguh, tapi pastikan anda tetap menjejak pada realita. Harus realistis, mau bisnis, maka itungannya adalah untung atau rugi, bukan suka atau tidak suka. Bisa jadi anda bukan orang yang suka memasak, namun kalau disekitar anda banyak kost-kostan mahasiswa yang mana mereka malas masak sendiri, maka bisnis kuliner di daerah situ kelihatannya cukup menjanjikan, karena pasarnya cukup banyak.

Jadi kembali kepada teman-teman yang ingin membesarkan bisnisnya tadi, coba tanyakan dulu pada diri teman-teman sekalian, kira-kira apa bisnis ini bisa menjadi besar? Kalau bisa, kira-kira butuh berapa lama? Kita sabar gak menunggu selama itu? Dan apa yang perlu kita lakukan supaya bisnis kita bisa jadi sebesar itu. Gak perlu ngotot menjalankan bisnis yang gak ada pasarnya. Anda mungkin sangat ahli di bidang itu, tapi jika tidak ada yang membutuhkan keahlian anda, ya sama aja zonk namanya. Mau berbisnis? Mau membesarkan bisnis? Mulai ambil kalkulator anda. Yuk dihitung dulu potensinya ke depan, bisa besar apa nggak. Kalau anda sudah cukup puas dengan bisnis anda sekarang ya gak papa juga. Tapi jangan sambat kalau satu waktu ada pesaing yang menyalip anda cukup cepat ditikungan.

Jadiiiiii, seperti itulah kira-kira tulisan singkat saya kali ini. Semoga bermanfaat buat teman-teman pembaca terutama buat saya pribadi sebagai pengingat diri.

Sampai jumpa di artikel selanjutnya..

Kami juga memiliki saluran YouTube “Bantubisnismu”, dan channel “Cerita Bisnis” di Spotify, di mana kami membahas topik seputar bisnis, keuangan, dan manajemen. Silakan mampir ke saluran YouTube dan Spotify kami dan berikan dukungan, semoga Anda juga mendapatkan manfaatnya.

Jika Anda memiliki masalah dalam bisnis Anda, atau memiliki pertanyan seputar bisnis dan ingin berdiskusi lebih lanjut hubungi Bantu Bisnismu.Com : https://wa.me/6281933046983 atau 

email – bantubisnismu@gmail.com