Saya punya teman yang cukup unik, sebut saja namanya si A. Dia punya bisnis supplier ayam yang cukup besar. Orderan ayamnya selain B to C, juga melayani B to B serta B to G. Dan orderannya tidak tanggung-tanggung. Satu perusahaan bisa order 200 ton ayam sebulan, sedangkan dia melayani beberapa perusahaan. Kenapa saya bilang unik? Karena saya tahu sendiri teman ini sering –di dalam tanda kutip– dikerjain sama teman-temannya.
Semisal ada orang punya ide bagus, dan butuh modal, datang ke dia, ya dia modali. Dan biasanya, dia dikerjai. Kalau bisnisnya berhasil, dia ditinggal. Kalau bisnisnya gagal, ya resiko uangnya tidak balik. Padahal bisa saja bisnis itu gagal karena pelaku bisnisnya yang kurang professional. Tapi meski demikian, dia cuek saja.
Ada lagi, pada satu kesempatan, ada temennya yang menawarkan ayam potong kepada kawan ini. Padahal si kawan ini, si A ini ya punya RPA sendiri. Dengan demikian, secara logika, harga produksinya pasti lebih murah daripada dia mengambil ayam dari orang lain, yang mana harganya cenderung lebih tinggi. Karena temannya si A yang menawarkan ayam potong ini bisa jadi juga dia tidak punya RPA, bisa jadi dia mendapatkan ayam tadi dari pihak ketiga, sehingga otomatis harganya jadi lebih tinggi, tapi si A ini tetap mengambil penawaran dari kawannya ini, meski keuntungan yang dia peroleh jadi lebih tipis, dan hal ini sering terjadi.
Ada teman yang punya produk apa yang bisa disinergikan, dia ambil, padahal yang saya amati ya, untuk kebanyakan pengusaha, kalau ada temennya yang menawari kerjasama, biasanya ya, awal-awal berjalan baik. Namun kedepannya biasanya ada pemikiran dari yang punya rumah makan, untuk membuat peternakan ayam sendiri dan/atau membuat RPA sendiri sehingga supply chainnya dari hulu ke hilir bisa dipegang sendiri, atau bisa jadi juga sebaliknya.
Nah teman ini, si A ini ya, tidak seperti itu. Dia sebagai supplier yang punya RPA ya fokus disitu saja. Dia tidak buka peternakan sendiri, dan dia tidak buat rumah makan sendiri. Padahal kalau dia mau, ya bisa saja dia lakukan hal itu. Lalu kenapa juga kalau ada yang menawarkan ayam potong, tetap diterima, padahal dia ya punya pemotongan ayam sendiri. Tssaaahhh!
Beberapa saat yang lalu waktu saya main ke kantornya si A ini, saya tanyakan hal ini kepadanya. Kenapa tawaran orang-orang kamu terima, tawaran untuk masukin ayam potong tadi ya, padahal untungmu bisa jadi lebih sedikit daripada kamu buat produk sendiri. Jawab si A ini begini.
Bagi saya mas, untung besar itu nomer sekian, bukan yang utama. Lebih utama kebersamaan dan kebermanfaatan daripada sekedar keuntungan, karena dia menambahkan, kalau kita membangun bisnis itu bersama-sama, maka manfaat yang tersebar akan bisa sampai ke banyak orang, dan pada saat kita susah, orang lain juga akan membantu kita. Ini konsep gotong royong yang saya jalankan.
Saya jadi ingat pesan mentor bisnis saya dulu. Jadi mungkin bagi teman-teman yang belum tahu, saya punya mentor bisnis, orang Tionghoa lama. Lama ini maksudnya senior. Di beberapa artikel yang lalu pernah saya ceritakan juga kok. Dan memang sebenarnya si om ini tidak pernah menganggap saya sebagai mentee -nya, karena saya memang tidak ada agreement resmi antara mentor dan mentee, tapi ya karena saya sering bertukar pikiran dengan si om ini, maka saya secara personal menganggap beliau sebagai mentor bisnis saya.
Si om mentor ini pernah berkata begini; kamu tahu, kenapa kami, minoritas, secara ekonomi lebih kuat daripada kalian yang pribumi? Karena kami membangun ekonomi bersama-sama, jawab si om tanpa menunggu jawaban dari saya.
Kalau saya punya project senilai satu milyar, dengan keuntungan katakanlah 500 juta. Maka meski saya punya modal 1 milyar, saya tidak akan mengerjakan proyek ini sendiri. Saya akan mengajak 9 temen saya yang lain yang kira-kira memiliki untuk sama-sama menyetor modal 100 jutaan, dan saya sendiri akan ikut serta 100 juta. Total bersepuluh akan terkumpul modal 1 Milyar.
Let say, saya sebagai pelaksana proyek, mendapatkan bagian 50%, berarti keuntungan saya sebagai pelaksana sebesar 250 juta. 50% dari 500 juta, dan 250 juta sisanya dibagikan kepada investor yang 10 orang tadi, termasuk saya, saya kan juga sebagai investor. Masing-masing mendapatkan 25 juta, berarti total uang yang saya dapatkan adalah 250 juta + 25 juta, total sebesar 275 juta rupiah. Kalau proyek ini saya kerjakan sendiri, maka keuntungan saya sebesar 500 juta.
Kenapa gak saya garap sendiri? Karena kalau saya garap sendiri, ketika proyek ini bermasalah, maka masalah tersebut akan menjadi masalah saya sendiri.
Dana bekap saya sangat terbatas. Namun kalau saya membangun proyek tadi bersama teman-teman saya, maka masalah ini akan menjadi masalah bersama. Teman-teman saya tidak akan mau kehilangan modal 100 juta nya, oleh karena itu kalau ada masalah dalam perjalanan proyek ini, bekap dana kami minimal masih ada sebesar 9 Milyar rupiah.
9 M angka dari mana? Ya kan masing-masing investor punya modal minimal 1M, dikurangi 100 untuk modal proyek, maka tabungan mereka masih tersisa minimal 900 juta rupiah, dikali 10 orang, ya masih ada sisa 9 Milyar. Bisa lah dana tersebut digunakan untuk membooster supaya project ini lepas dari masalah yang ada.
Lalu si om mentor ini meneruskan, kalau kalian, –maksudnya saya orang pribumi-, punya proyek 1 milyar dan punya dana 1,2 Milyar, kemungkinan besar proyeknya digarap sendiri. Ketika proyek ini ada masalah di tengah jalan, baru bingung. Butuh dana untuk membooster agar proyek ini bisa keluar dari masalah, tapi dana pribadi sangat terbatas. Akhirnya proyek molor, ada biaya denda, alih-alih untung, malah bisa jadi rugi.
Saya jadi teringat ada pengusaha yang jatuh sejatuh-jatuhnya karena hal seperti ini. Saya tidak kenal bener sih sama orangnya. Cuman tahu namanya saja. Pengusaha ini dari keluarga kaya banget. Jadi termasuk orang kaya lama. Satu waktu, dia menerima beberapa pekerjaan sekaligus karena dia merasa punya kemampuan dan punya uang ya. Tentunya dia berharap dapat keuntungan yang lebih besar kalau pekerjaan itu diselesaikan sendiri. Namun, karena sesuatu dan lain hal, pekerjaan itu macet. Bukan salah dia sih, melainkan karena terbentur regulasi pemerintah. Ada regulasi baru, jadi butuh penyesuaian, jadi butuh waktu juga. Sedang waktu tetap berjalan. Orang-orang tetap digaji. Barang harus dibayar. Akhirnya deadline sudah lewat, dan pekerjaannya masih jauh dari selesai. Kena denda lah. Saya tidak tahu total ruginya berapa, cuman kayaknya sih gede banget kerugiannya.
Kembali ke teman saya si A. Ucapannya benar juga, bahwa bisnis memang harus untung. Tapi kebersamaan dan kebermanfaatan lebih penting daripada sekedar untung, karena dengan kebersamaan dan kebermanfaatan, mungkin untung kita jadi lebih sedikit. Tapi bisnis kita bisa berlangsung lebih panjang.
Dari pembahasan ini, kita dapat menarik beberapa pelajaran berharga dalam menjalankan bisnis. Pertama, keuntungan bukanlah segalanya. Meskipun penting, kebersamaan dan kebermanfaatan jauh lebih berharga dalam jangka panjang. Kedua, gotong royong dan kolaborasi bisa menjadi kunci kesuksesan dalam membangun bisnis yang berkelanjutan. Ketiga, bijaksana dalam mengambil tawaran dan mempertimbangkan aspek-aspek lain seperti keberlanjutan dan potensi kerjasama jangka panjang. Dengan memperkuat fondasi bisnis melalui prinsip-prinsip ini, kita dapat menghadapi tantangan dengan lebih baik dan menjaga kelangsungan bisnis kita dalam jangka waktu yang lebih panjang. Bisnis bukan hanya soal mencari profit, tetapi juga tentang membangun hubungan yang baik dan memberikan manfaat kepada banyak pihak.
Semoga pembelajaran dari artikel ini dapat menginspirasi kita untuk mengembangkan bisnis dengan lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Sampai jumpa pada episode berikutnya!
Kami juga memiliki saluran YouTube “Bantubisnismu”, dan channel “Cerita Bisnis” di Spotify, di mana kami membahas topik seputar bisnis, keuangan, dan manajemen. Silakan mampir ke saluran YouTube dan Spotify kami dan berikan dukungan, semoga Anda juga mendapatkan manfaatnya.
Jika Anda memiliki masalah dalam bisnis Anda, atau memiliki pertanyan seputar bisnis dan ingin berdiskusi lebih lanjut hubungi Bantu Bisnismu.Com : https://wa.me/6281933046983 atau
email – bantubisnismu@gmail.com