Pic From Freepik

Ketika orang bertanya pada saya, apa hal utama yang dibutuhkan untuk menjadi pengusaha? Maka saya akan menjawab; Karakter. Perlu karakter yang kuat untuk menjadi seorang pengusaha yang tangguh. Tangguh disini bukan berarti keras pada anak buahnya, dan kejam pada kompetitornya, ya. Bukan begitu. Tapi tangguh dan tegar menghadapi semua masalah yang ada di depannya, melindungi dan memayungi semua tim kerjanya.


Salah satu yang menjadi bagian dari karakter seorang pengusaha yang kuat, adalah; jangan pernah bekerja untuk uang. Ini penting sekali saya tekankan. Jangan pernah bekerja untuk uang.

Lo terus kalau kita gak kerja untuk uang, untuk apa dong kita kerja? Nah itulah dia.

Kalau kita kerja untuk uang, maka berikutnya, ketika ditanya kenapa butuh uang, maka akan dijawab untuk hidup. Ketika ditanya lagi buat apa hidup, biar bisa kerja, dan bisa dapat uang. Muteeeer aja. Jadi sebuah loop yang tidak pernah berakhir.

Saya pernah dimintai tolong untuk membenahi usaha teman yang lagi bermasalah, saya diminta untuk menjadi direktur harian di usaha tersebut. Saya ditawarkan gaji yang cukup lumayan untuk membantu mengontrol usaha tersebut. Saya menolak untuk digaji, namun teman ini memaksa. Saya pahamlah, karena dengan adanya gaji, berarti ada yang namanya tanggung jawab, makanya si teman ini maksa saya bergaji. Dan berhubung bisnis saya sendiri sudah jalan, dan sudah memiliki manajemen sendiri serta sudah terbentuk budaya kerjanya, sehingga bisnis saya bisa saya delegasikan full. Saya pikir saya bisa lah membantu usaha teman ini. Setahun saya membantu teman ini membenahi bisnisnya. Dari yang kondisi rugi, alhamdulillah sudah bisa ada untungnya, meski pada saat itu masih belum cukup untuk melunasi hutang perusahaannya. Saya tiap hari ngantor dan mengawasi kerja di sana. Ya kerjanya hanya dua jam saja sih. Selanjutnya tinggal running sendiri, karena di tempat kerja tadi sudah ada manajemennya.

Sebalik dari situ, saya ngantor lagi di kantor saya di BBDC. Gitu terus selama setahun. Pada bulan ketujuh, saya meminta kepada teman yang memiliki perusahaan ini, untuk wakil. Iya saya butuh wakil di perusahaan ini, karena saya pikir, sampai kapan saya harus ngantor disini? Saya kan juga punya usaha yang harus dijaga dan dibesarkan, oleh karena itu pikiran dan energi saya harus fokus. Akhirnya saya dapat wakil. Seorang teman juga. Anggaplah namanya si B, dan si pemilik usaha ini namanya si A. Si B ini juga ex entrepreneur. Jadi dia dari seorang entrepreneur yang usahanya jatuh, akhirnya memutuskan untuk bekerja menjadi seorang profesional. Si B ini juga bergaji, sedikit dibawah saya. Nominalnya cukup besar juga, tapi kerjanya full day. Nah tepat setahun, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan si A. Artinya si B ini sudah 5 bulan bergabung dengan usahanya si A. Nah ketika saya mengundurkan diri, si B otomatis naik menggantikan saya.

Namun si B ini meminta gaji yang lebih besar dari gaji saya waktu menjabat menjadi direktur. Dia minta gajinya dia ditambah ex gaji saya, sebagai gajinya yang baru.

Dari situ saya bisa mendapatkan pembelajaran bahwa uang itu bisa menjadi candu. Makanya di awal saya sempat menolak gaji yang ditawarkan teman saya si A ini dikarenakan saya takut hal ini menjadi candu dan yang namanya orang kecanduan itu, gak bisa mikir bebas. Pikirannya sempit. Yang diincar ya cuma candunya doang. Dan hal tersebut saya buktikan sendiri ketika saya melihat si B. Apa si B salah? Ya gak salah lah.

Si B kan sekarang menjadi seorang profesional. Wajar kalau dia mengejar uang. Seorang entrepreneur idealnya tidak pernah bekerja untuk uang. Namun bekerjalah untuk mencapai kesempurnaan. Bangun bisnismu secara sehat, kuatkan bisnismu sehingga bisa mengorbit lama di kancah peperangan dengan kompetitormu. Kalau kamu mengejar kesempurnaan, maka uang akan datang sendirinya kepadamu.

Dan selama kamu mengejar uang, maka semakin sempit pikiranmu. Pernah tahu orang yang kreatif pada saat duduk di bangku sekolah malah kehilangan kreativitasnya semenjak dia kerja di kantoran? Ya, karena itu.

Karena dia bekerja mengharapkan gaji yang bagus, besoknya gajian bisa beli ini itu, terus kerja lagi menunggu gajian. Gitu terus loopnya. Tapi ya sekali lagi itu gak salah. Boleh-boleh saja selama masih nyaman. Namun buat saya pribadi, saya menyarankan jangan pernah bekerja nyari uang. Baik sebagai pegawai, sebagai profesional maupun sebagai entrepreneur, jangan kerja mencari uang. Tapi carilah kesempurnaan, sehingga kamu bisa menyelesaikan tugasmu dengan baik, sehingga hasil yang kamu dapatkan akan lebih layak. Lo jadi pegawai juga jangan kerja untuk uang?

Kalau menurut saya tadi ya gitu. Kerja saja sebaik mungkin. Hasilkan penjualan yang baik untuk perusahaanmu. Kalau kerjamu baik, maka perusahaan akan menghargaimu. Kalau gak dihargai sama perusahaanmu, tinggal cari perusahaan lain yang mau menghargai pekerjaanmu. Toh kalau kamu karyawan berprestasi, pasti banyak perusahaan lain yang ingin merekrut jasamu kok.

Saya lupa saya pernah ceritain hal ini atau tidak, namun saya dulu pernah kerja dengan gaji 400 ribu rupiah/bulan sebagai marketing perumahan. Kenapa kerja tersebut saya ambil, padahal gajinya termasuk kecil, sedangkan UMR pada saat itu untuk sarjana S1 adalah 700 ribu, karena saya ingin membuat perusahaan properti sendiri. Saya ingin menjadi developer. Oleh saya tahu sedikit-sedikit apa yang harus dilakukan untuk membangun rumah, karena latar belakang saya teknik sipil. Tapi membangun rumah beda dengan membangun perumahan. Saya ingin belajar bagaimana caranya menjalankan sebuah perusahaan developer properti. Dan yang namanya belajar itu gak perlu lama-lama. Cukup tiga empat bulan saja. Pelajari apa yang kita butuhkan. Perdalam sampai paham. Bangun relasi seperti kenalan sama banyak marketing, sama banyak agensi, kenalan sama beberapa makelar tanah, kenalan sama orang perijinan, belajar bagaimana membebaskan lahan, belajar teknik marketing, dll. nya lah. Semua saya lahap selama 4 bulan saya kerja disana. Kalau ingin membangun bisnis sendiri, belajarnya jangan lama-lama. Belajar sampai 4 tahun itu, ya sama dengan kuliah S1. Kelamaan.

Ada juga teman yang sama ingin belajar bisnis, kerja ikut sama orang lain, tapi belajarnya kelamaan, sampai 6 tahun lebih, akhirnya kebablasan. Sekarang sudah 10 tahun dia bekerja diperusahaan tersebut, dan nyaman dengan pekerjaannya dan lupa dengan cita citanya untuk membangun bisnis sendiri. Begitu saya ingatkan, bro kok gak mulai mulai berbisnis? Nanti ketuaan loh kalau baru mau mulai bisnis di usia 50 tahun atau 60 tahunan. 

Jawabannya; lo kita kudu optimis dong, kolonel Sanders saja mulai berbisnis di usia 70 tahunan. Ya repot lah kalau mindsetnya gitu.

Jadi sekali lagi saya mengingatkan, jangan pernah bekerja untuk uang. Bekerjalah untuk menggapai kesempurnaan. Ketika kesempurnaan itu ada, maka uang akan mendekat dengan sendirinya.

Dengan demikian, halaman kesekian dari artikel “Jangan Pernah Bekerja untuk Uang” ini mengeksplorasi lebih dalam tentang pentingnya fokus pada kesempurnaan daripada sekadar mengejar uang semata. Dengan menekankan kesempurnaan, kita mengalami pertumbuhan pribadi dan profesional yang lebih berarti, yang pada akhirnya akan membawa kesuksesan finansial dengan sendirinya.

Kami juga memiliki saluran YouTube “Bantubisnismu”, dan channel “Cerita Bisnis” di Spotify, di mana kami membahas topik seputar bisnis, keuangan, dan manajemen. Silakan mampir ke saluran YouTube dan Spotify kami dan berikan dukungan, semoga Anda juga mendapatkan manfaatnya.

Jika Anda memiliki masalah dalam bisnis Anda, atau memiliki pertanyan seputar bisnis dan ingin berdiskusi lebih lanjut hubungi Bantu Bisnismu.Com : https://wa.me/6281933046983 atau
email – bantubisnismu@gmail.com