Pic From Freepik

Banyak orang yang menyepelekan laporan keuangan, baik itu secara personal, maupun dalam melaksanakan bisnis. Memang, mencatat uang masuk dan keluar itu kadang membosankan. Beli makan diluar, catat. Beli pulsa, catat. Bayar parkir, catat. Belanja online, catat. Sedikit-sedikit dicatat, kan menyebalkan. Tapi memang idealnya begitu.

Lantas apa sih pentingnya sampai perlu dicatat? Pencatatan itu penting agar kita bisa mengetahui secara langsung dan saat itu juga tentang kondisi keuangan kita.

Saya pribadi menganggap laporan keuangan itu seperti dashboard pada sebuah kendaraan, dimana di dashboard itu ada beberapa indikator seperti indikator bensin, suhu, speedometer, odometer, indikator RPM, dan masih ada beberapa indikator minor lainnya. Dengan melihat dashboard, maka kita akan tahu kapan kita perlu tarik gas, kapan kita perlu isi bensin, kapan kita perlu mengisi air radiator, kapan kita harus servis dan ganti oli. Demikian juga dengan menjalankan bisnis, kita jadi memiliki indikator yang jelas kapan kita perlu gencar promosi.

Kapan kita harus meningkatkan produksi, kapan kita harus menambah karyawan, kapan kita harus mengerem keuangan, dan lain-lainnya.

Contoh nyata adalah teman saya yang imannya kuat, sehingga sangat percaya pada nasib. Karena selalu percaya bahwa nasib ini sudah ada yang mengatur, maka dia tidak melakukan pencatatan keuangan sama sekali. Pada suatu saat dia melihat bahwa uang di rekeningnya sudah cukup banyak, akhirnya dia memutuskan untuk membeli rumah.

Namun, ternyata dia tidak tahu bahwa ada hutang dagang yang perlu dibayarkan ke supplier-nya. Akibatnya, dia menjadi bingung karena uang tersebut seharusnya dibayarkan ke supplier. Tapi karena dia mengira uang tersebut dari keuntungan penjualan, maka dia pikir uang ini aman untuk digunakan.

Jika teman-teman merasa mencatat laporan keuangan ini adalah hal yang berat, mungkin teman-teman belum terbiasa saja. Saya sudah mulai mencatat keuangan sejak saya kelas satu SMA. Ayah saya bertanya berapa kira-kira uang bulanan yang saya perlukan untuk sekolah di Malang. Saya menghitung estimasinya, seperti biaya nonton bioskop, makan keluar di malam minggu, biaya angkot, uang sekolah, dan lain-lain.

Saya ingat betul dulu uang jajan saya, di luar uang kos itu sebesar 40 ribu rupiah sebulan, ditransfernya 20 ribu setiap dua minggu. Biar saya tidak boros, maka uangnya saya bagi, mana yang buat main, mana yang buat sekolah, mana yang buat makan, dan lain-lainnya. Alhasil saya bisa menabung berapa. Dan hal itu terus berlanjut sampai saya kuliah, bahkan sampai saat ini.

Jadi, pesan saya, mulailah mencatat keuangan dari sekarang, membiasakan diri saja dulu, apalagi kalau teman-teman pendengar masih muda, masih lebih mudah untuk melakukan pencatatan keuangan. Namun, bukan berarti untuk teman-teman yang sudah dewasa terlambat untuk memulai. Pokoknya, mulai dari sekarang lah. Di beberapa sesi artikel selanjutnya mungkin saya akan membahas bagaimana tips untuk berhemat, atau lebih tepatnya tips untuk menahan diri untuk membeli ini itu. Jika teman-teman ada yang masih bingung dan ingin bertanya dan berdiskusi, atau mungkin juga ada yang mau memberikan tambahan, masukan, atau saran, bisa WA saya langsung, atau ke WA nya bantubisnismu.

Mau main ke kantor kami juga boleh, mau mengajak kami makan nasi padang juga oke, kami fine-fine saja.

Kami juga memiliki saluran YouTube “Bantubisnismu”, dan channel “Cerita Bisnis” di Spotify, di mana kami membahas topik seputar bisnis, keuangan, dan manajemen. Silakan mampir ke saluran YouTube dan Spotify kami dan berikan dukungan, semoga Anda juga mendapatkan manfaatnya.

Jika Anda memiliki masalah dalam bisnis Anda, atau memiliki pertanyan seputar bisnis dan ingin berdiskusi lebih lanjut hubungi Bantu Bisnismu.Com : https://wa.me/6281933046983 atau 

email – bantubisnismu@gmail.com