
Saya ingin membahas mengenai poligami bisnis. Banyak orang tergoda untuk membuka bisnis baru ketika bisnis utamanya sudah mulai besar. Nah bagaimana saya menanggapi fenomena ini? Karena tidak sedikit teman saya yang melakukan hal yang sama. Sayapun serupa, usaha saya pun tidak hanya linier satu bidang saja. Saya punya bisnis fotografi dan videografi, saya juga punya bisnis property, saya juga punya perusahaan tour travel yang sekarang langsung terjun bebas bisnisnya dimasa pandemi ini, dan masih ada beberapa bisnis lainnya, yang mana satu dengan lainnya tidak ada hubungannya.
Model bisnis seperti ini disebut konglomerasi, memiliki beberapa jenis bisnis tanpa memandang skala bisnisnya, besar maupun kecil. Jika kita lihat, orang-orang yang masuk ke jajaran orang terkaya di dunia, hanya sedikit sekali yang model bisnisnya konglomerasi. Mereka biasanya fokus ke satu bisnisnya. Seperti Elon Musk. Meski ada beberapa perusahaan, seperti Space X dan Tesla, namun dia tidak menjual tiket jalan-jalan ke angkasa, melainkan dia menjual mimpi. Selain itu, kita lihat Jeff Bezoz dengan Amazonnya. Bill Gates dengan Microsoftnya. Warren Buffet dengan perusahaan keuangannya. Mark Zuckerberg dengan facebooknya, dan masih banyak lainnya.
Namun di Indonesia seperti ada bisikan, kalau gak konglomerasi belum bisa dibilang orang kaya. Apa itu salah? Menyelingkuhi bisnis utama dengan bisnis yang baru atau dengan bisnis lainnya? Jadi begini, ketika banyak orang yang bilang fokus kepada bisnis, saya agak berbeda. Saya fokus kepada hasil. Artinya, apapun yang dikerjakan asal semakin dekat dengan hasil yang kita cita-citakan, maka benar. Saya beberapa kali menutup bisnis saya, pernah menutup sebuah tempat pendikan, menutup kafe, saya juga pernah bisnis kuliner dari tahun 2009 hingga 2013. Tapi semuanya no problem dan tidak sakit hati. Yang penting, sudah untung.
Yang berbahaya, jika seseorang menutup bisnis ketika rugi, maka dia menyisakan hutang, apalagi ketika ruginya karena tidak fokus. Seharusnya ketika punya bisnis kalau diurus akan bagus, namun karena pindah perhatiannya ke bisnis lain, bisnis lamanya jadi tidak terurus. Kalau sebuah bisnis ditutup pada saat untung, kan tidak masalah? Masih menyisakan uang kas.
Saya dari tahun 2004, sangat ingin memiliki sebuah perusahaan keuangan sendiri. Tapi tidak tau bagaimana caranya dan diniatkan saja. Karena niat itu begitu kuat dan belum ada modal untuk membuat perusahaan keuangan secara langsung, ya akhirnya apa saja dikerjakan. Peluang bisnis apa saja yang sekiranya saya mampu, saya sikat. Baru bisa terlaksana punya perusahaan keuangan ditahun 2016. Quantum Sinergi Umat berdiri ditahun 2016 dan Bantubisnismu.com berdiri setelah itu.
Sekarang saya banyak fokus di dua perusahaan ini, BBDC dan QSU. Karena bisnis saya yang lainnya sudah ada yang menjalankan, sudah punya tim yang mengoperasikan bisnis yang lainnya. Di QSU dan BBDC juga saya punya tim, tapi saya masih ikut mengambil keputusan disini. Kenapa? karena memang cita-cita saya ingin menjalankan sebuah perusahaan keuangan. Apakah bisnis yang lain tidak menguntungkan? Ya sangat menguntungkan.
Lalu apa berarti memiliki banyak bisnis itu menguntungkan? Menurut saya, kuatkan dulu kapasitas diri Anda, kuatkan dulu leadership Anda sebagai seorang pemimpin. Karena kalau kapasitas kita masih kecil, bagaimana caranya kita mau mengurus sesuatu yang lebih besar dari kapasitas kita?
Kalau Anda memiliki kemampuan untuk langsung membuka banyak bisnis, silahkan. Tapi alangkah bagusnya jika semua dilakukan secara bertahap. Menikmati proses dan pembelajarannya dahulu. Membangun terlebih dahulu manajemennya pada satu bisnis Anda. Ketika sudah mulai bisa berjalan tanpa kehadiran Anda, ada beberapa pilihan. Salah satunya adalah dengan membuka bisnis baru atau membesarkan bisnis eksistingnya, karena sudah punya banyak waktu, maka Anda tentunya punya kesempatan lebih banyak untuk bertemu dengan banyak orang dan bisa juga membangun lebih banyak panggung.
Saya pribadi melakukan hal seperti itu. Membangun dahulu manajemennya, mulai dari staff, supervisi, manajer, GM ataupun Dirut, kemudian saya menarik diri sebagai komisaris. Kenapa tidak saya tutup? Karena ada hasilnya dan hasilnya lumayan. Jika dipakai beli mobil tiap tahun, ya sangat bisa sekali.
Bisnis-bisnis saya yang lainnya tadi, itu merupakan milestone atau batu loncatan sehingga saya bisa berada diposisi saat ini. Saya memiliki kesempatan untuk membangun relasi, networking, berteman dengan orang-orang yang pas.
Sebenarnya kalau bisnis kita mau besar, maka visi kita juga harus besar. Baik visi hidup kita maupun visi bisnis kita. Pastikan bahwa bisnis ini bisa besar dalam waktu berapa lama. Misal, Anda membuka sebuah perusahaan kuliner, coba Anda lihat kuliner kompetitor Anda yang terbesar dan terkuat. Berapa lama proses yang dibutuhkan olehnya untuk menjadi yang tertangguh? Kalau misalnya waktu yag dibutuhkan 10 tahun, pertanyaan berikutnya, Anda mau menunggu selama itu kah, untuk bisa jadi yang terbesar? Kalau Anda rasa terlalu lama, jangan pilih bisnis tersebut.
Jadi kita harus bagaimana? Fokus satu bisnis dahulu atau punya banyak bisnis? Menurut saya, cocokkan dengan diri Anda dahulu. Apapun yang Anda lakukan, selama itu berhasil membawa Anda lebih dekat dengan apa yang Anda cita-citakan, maka itu benar. Jangan hanya fokus pada apa yang dikerjakan, tapi juga fokus pada hasil. Tidak perlu gengsi untuk menutup bisnismu jika memang sudah tidak produktif lagi atau malah sudah bisa jadi beban. Jadi mau fokus satu boleh, mau konglomerasi pun boleh.