
Bisnis adalah permainan tim. Jika ingin bisnis menjadi besar, kita harus memiliki tim yang kuat dan solid. Namun, ketika semakin banyak jumlah anggota tim, dinamika yang dihadapi pun akan semakin berwarna. Tidak jarang seorang pemimpin menggunakan perasaannya dalam mengambil keputusan bukan dengan data.
Dalam perusahaan saya pernah terjadi, dimana ada seorang staff yang pada saat saya masuk, dia tidak pernah terlihat di kantor, ketika saya tanyakan kepada tim yang lain, alasannya terlambat, ijin, dan lain lain. Kejadian ini terus berulang beberapa bulan. Akhirnya saya cek absensinya dan ternyata tidak seperti yang saya kira. Dia sering telat hanya terjadi rata-rata 3 kali dalam sebulan, absen dalam 3 bulan hanya sekali dan ada surat dokternya. Saya sudah salah dalam menilai kinerja anggota tim ini dan terlalu terbawa oleh perasaan sehigga tidak melihat realita yang ada dilapangan.
Oleh karena itu, dalam menghadapi tim kerja, kita perlu membaca data terlebih dahulu. Tidak cepat memberi penghakiman tanpa data. Saya ingin berbagi cerita yang lain ketika saya memberikan penghakiman tanpa membaca data. Ada seorang tim kerja saya, yang tidak produktif dalam pekerjaannya. Saya lihat absennya memang sering terlambat. Waktu istirahat siang jam 11.30, dia pulang dan datang kembali jam 1.00 atau kadang jam 1.30.
Ketika saya tanyakan, kenapa alasannya sering telat, dia menjawab bahwa istrinya kerja dan anaknya masih kecil tidak ada yang menjaga, sehingga dia harus pulang sebentar untuk melihat keadaan anak-anaknya. Saya sarankan untuk menghire baby sitter paruh waktu untuk menjaga anak-anaknya, karena kerjaan dikantor juga butuh kehadirannya.
Namun kita sama tahu, bahwa biaya baby sitter itu tidak murah dan dia tidak mengambil opsi tersebut. Akhirnya saya ultimatum, tidak boleh telat lagi dalam 2 bulan kedepan dan dia tidak bisa menyanggupinya hingga meminta untuk resign. Saya pikir, tidak mengapa jika ingin resign, ini lebih baik daripada telat terus menerus dan memberi vibrasi negatif kepada tim kerja lainnya.
Ternyata begitu dia keluar, ada investor yang menarik investasinya cukup besar. Dari info yang saya dapatkan ternyata investor ini mau menempatkan dananya di perusahaan kita karena ada si anggota yang keluar ini. Ternyata investor ini sebelumnya sudah lama bekerja dengan anggota tim yang baru keluar tadi, oleh karena itu ada kepercayaan menitipkan uangnya karena ada temannya yang dia anggap ikut menjaga investasinya.
Begitu dana ditarik, perusahaan mengalami loss potensial profit sebesar 14 juta rupiah sebulan. Bukannya rugi, tapi seharusnya perusahaan bisa mendapatkan tambahan pemasukan 14 juta dari pengelolaan dana tersebut karena ditarik, pendapatan menjadi berkurang sebesar 14 juta. Disitu saya merasa kecolongan.
Anggap saja gaji tim ini sebesar 3 juta rupiah. Tapi karena berhemat 3 juta rupiah, kita jadi kehilangan pemasukan 14 juta rupiah perbulan. Harusnya dalam menyikapi hal ini, si anggota tadi bisa diberi tempat yang anggap saja non-job. Hanya duduk dan tidak diberi tanggung jawab apa-apa, yang penting hadir dan mungkin diberi kelonggaran waktu dan lainnya. Karena jika memiliki tanggung jawab dan bekerja dengan tim, pasti berantakan karena dia sering telat dan ijin. Poinnya disini adalah saya mengajak Anda yang memiliki tim kerja, bacalah kinerja tim mu dengan data. Sikapi dengan bijak dan jangan sampai keputusan yang Anda ambil ternyata hanya sebatas asumsi sehingga bisa merugikan Anda kedepannya.
Jika Anda memiliki masalah dalam bisnis Anda, atau memiliki pertanyan seputar bisnis dan ingin berdiskusi lebih lanjut hubungi kami:
WA – 08123129873 atau email – bantubisnismu@gmail.com
Ingin mendengarkan cerita bisnis menarik lainnya? Kunjungi Podcast Cerita Bisnis di spotify dan Youtube Bantubisnismu